Senin, 22 November 2010

Fasad Tentukan Karakter Pemilik Rumah

Lifestyle » Griya » Fasad Tentukan Karakter Pemilik Rumah

Fasad Tentukan Karakter Pemilik Rumah

Senin, 22 November 2010 - 18:48 wib

Eksplorasi fasad rumah (Foto: Ideaonline)
MEMBELI dan merancang sebuah rumah kerap berhadapan dengan masalah fasad rumah. Sebab, fasad cenderung menggambarkan karakter si pemiliknya setelah rumah itu jadi.
Untuk itu, diperlukan kreativitas tinggi untuk merancang fasad rumah yang baik agar rumah sesuai dengan karakter si pemilik rumah. Fasade atau fasad secara umum dapat diartikan sebagai tampak atau permukaan depan rumah. Menurut arsitek Nunung Adywijaya, fasad diartikan sebagai cermin atau karakter dari bangunan itu sendiri. Hal serupa juga dikatakan arsitek Wisnu Brata. Menurut dia, fasad atau tampak bangunan adalah seperti pakaian yang kita pakai akan mencerminkan karakter ataupun kepribadian diri kita. Untuk itu, dalam mendesain sebuah tampak rumah, sebaiknya memilih seperti apa orang ingin melihat diri kita sendiri. Dalam membuat fasad tidak boleh sembarangan.
 
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Gaya atau konsep misalnya. Fasad sama halnya dengan gaya hunian memiliki jenis yang bervariasi. Untuk itu, kembali kepada si pemilik rumahnya ingin konsep fasad seperti apa. “Untuk mengetahui harus mulai dari mana, sebaiknya pemilik rumah berpikir untuk menentukan karakter yang ingin dibuat seperti apa. Selain itu, sebaiknya harus memenuhi ciri khas apa pada karakter arsitektur tersebut. Setelah itu, komposisikan,” kata arsitek Nunung Adywijaya.
 
Hal serupa juga dikatakan Wisnu, langkah pertama yang harus dilakukan adalah penentuan karakter bangunan apa yang ingin ditampilkan. Untuk melakukannya, lanjut dia, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Seperti penggunaan material maupun penggunaan tekstur yang digunakan.
 
Kedua, material batu alam maupun marmer dan beton akan memberikan kesan keras dan berat, sedangkan material kaca, kayu maupun logam berwarna putih mengkilap akan memberikan kesan ringan.
 
Lebih dari itu, pemilihan elemen warna. Biasanya warna-warna terang dan berkilau akan memberikan kesan ringan dan dekat. Sementara, warna-warna gelap akan memberi kesan dingin dan jauh.
 
Selanjutnya terkait pemilihan atau komposisi perbandingan antara bidang dinding yang terbuka dengan dinding yang tertutup.


“Bidang-bidang bukaan pada dinding yang besar akan mengurangi kesan tertutup dan angker. Pemakaian bukaan dalam arti bidang yang dapat dilalui cahaya yang besar akan membuat kesan dinding yang transparan sehingga timbul kesan ramah,” ungkap Wisnu.
 
Pemilihan bentuk-bentuk maupun pola-pola garis. Pemilihan bentuk yang lurus atau tajam akan memberikan kesan tegas dan kaku. Sementara bentuk lengkung memberi kesan fleksibel.
 
Ambil contoh, untuk fasad pada rumah minimalis. Menurut Wisnu, jenis material yang dipakai sebaiknya tidak mengikat. Namun, untuk warna yang dipilih kebanyakan menggunakan warna-warna gradasi antara putih menuju hitam, seperti batu candi, andesit, paras, maupun batu templek.
 
Sementara pola maupun bentuk yang dipilih cenderung yang berpola horizontal maupun vertikal seperti penggunaan batu alam yang dipotong dengan mesin. Ataupun penggunaan beton yang diberi alur garis lurus. Selain itu, lanjut dia, rumah minimalis juga tidak banyak bermain dengan pengolahan bentuk, namun menekankan pada permainan bidang-bidang dan penggunaan kombinasi antara material dan tekstur.
 
Meski demikian, jika Anda ingin menggunakan tampak model minimalis yang paling penting untuk diperhatikan adalah iklim wilayah tersebut. Karena di Indonesia, biasanya kelembaban udara dan curah hujannya tinggi, matahari bersinar sepanjang tahun dan suhu yang 6–10 derajat di bawah suhu manusia. Jadi, harus dapat menjawab solusi di atas.
 
Caranya, Wisnu menyebutkan, dengan membuat sirkulasi udara yang baik. Selain itu, penyesuaian terhadap terik dan hujan serta kanopi yang dapat mengurangi silau matahari apalagi jika rumah menghadap ke arah timur atau barat.
(SINDO//tty

Tidak ada komentar:

Posting Komentar