Lifestyle » Trend and Fashion » Kain Tradisional vs Masa Depan dalam Koleksi Evening Wear
Kain Tradisional vs Masa Depan dalam Koleksi Evening Wear
Rabu, 24 November 2010 - 14:48 wib
Chaerunnisa - Okezone
Koleksi evening dress Defrico Audi. (Foto: Yudi Prayudi Pratomo/Highend) SETELAH disuguhkan pergelaran Muslim Wear, Ready To Wear, kini giliran enam perancang kenamaan Tanah Air menampilkan karya Evening Wear dalam ajang Fashion Tendance 2011.
Dalam setiap koleksi yang diperagakan, keenam perancang ternama Indonesia itu tetap menyuguhkan kain tradisional yang kaya motif atau ragam hias dan tekstur, dengan apa yang akan berlaku pada mode masa depan.
Adapun keenam desainer yang masing-masing menampilkan 10 rancangan, terdiri dari Hengki Kawilarang, Agnes Budhisurya, Lailawati Nahrawi, Alisa Listiawaty, Defrico Audy, dan Marga Alam.
Hengki Kawilarang
Mengungkap sisi gelap romantisme percintaan, bahwa cinta tidak selalu indah, putih, suci, tapi kadang juga menyakitkan. Hengki mengangkat tema Noir d'amor.
Terinspirasi dari "broken heart women" terwujud gaun cocktail dan evening gown dengan nuansa warna gelap, hitam, dan midnight blue.
Koleksi busana yang sophisticated dan elegan, berdetail unik dan cantik, tapi strong, dengan bahan utama tafetta, silk, crepe, tulle, dan chantily vintage lace. Styling Parisian modern Eropa yang dinamis, romantis, dan strong woman. Aneka korset, dress, capucong, coat, dan stoking renda menjadi hot styling koleksi Hengki kali ini.
Agnes Budhisurya
Lewat tema Langgeng Dahayu, Agnes ingin mengangkat kecantikan seorang wanita hingga usia senja. Kecantikan yang langgeng sangat perlu diperhatikan, cantik di usia muda, di usia senja pun tetap harus dipelihara. Cantik dari luar dengan mematut penampilan sejalan dengan cantik dari dalam.
Seperti lotus yang selalu tampak cantik dan anggun walau tumbuh dalam genangan lumpur. Daun yang lebar berlekuk dengan gurat-gurat tulang yang kokoh tampak megah dan perkasa, tidak terganggu oleh luka di sana sini akibat kikisan cuaca ataupun gigitan ular yang menumpang hidup.
Bahkan di usianya yang makin merapuh, lembar daun yang berkerut mengering membentuk lekuk yang sangat artistik. Mangkuk buahnya yang kering, bertengger di puncak tangkai tampak garang menjaga bunga-bunga remaja yang mulai mekar.
Bunganya megah bermekaran menyambut datangnya fajar, menampung tetes embun yang berkilau ditimpa sinar pagi. Ketika helai-helai mahkotanya runtuh cantik juga mengambang, bergerak pelan di permukaan kolam.
Kemudian Agnes menerangkan filosofi pada daun lotus yang berbentuk lebar, berlekuk dengan gurat-gurat tulang yang kokoh. Hal ini mencerminkan kemegahan, perkasa tidak terganggu oleh luka di sana-sini akibat kikisan cuaca ataupun gigitan ulat yang menumpang hidup di atas daun.
"Bahkan di usianya yang makin merapuh, lembar daun yang berkerut, mengeringpun membentuk lekuk yang sangat artistik. Cantiknya langgeng hingga lanjut usia," kata Agnes saat ditemui di Hotel Mulia, Jakarta, Senin (22/11/2010).
Di atas panggung gaun berbahan sutra dengan gaya atau teknik melukis ciri khasnya, mengisyaratkan bunga lotus nan megah bermekaran menyambut datangnya fajar, menampung tetes embun yang berkilau ditimpa sinar pagi. Dia menerangkan, ketika helai-helai mahkotanya runtuh cantikpun masih mengambang indah meski di kolam yang keruh.
"Coba ingat wahai perempuan tetap dan cobalah cantik seperti lotus di segala usia dan suasana," imbuhnya.
Lailawati Nahrawi
Dalam tema Metamorphose, Lailawati menuangkan karya perjalanan ulat menjadi kupu-kupu yang tergantung putik sari bunga merupakan konsep perubahan bentuk dari awal desain yang klasik hingga berubah desain dan warna yang beragam.
Dituangkan dalam warna kuning emas, hijau, teracotta, dan menggunakan bahan organza, tafetta, chiffon, serta lace, membentuk kupu-kupu yang cantik.
Alisa Listiawaty
Dengan tema Enchanted, Alisa mengangkat konsep masa depan dengan dilatarbelakangi suatu harapan, keinginan, dan perubahan, penggunaan kain, tafetta, silk shifon, dan hand painting.
Defrico Audy
Terinspirasi dari penggabungan dua suku primitif yang berada di Tibet dan Bali. Mengambil cara berpakaian para penduduk atau suku Tibet yang menggunakan baju secara bertumpuk dan mix and match dengan bahan tenun ende dari Ubud, Bali, Defrico Audy mengangkat tema Neo Tribalism.
Marga Alam
Marga Alam kali ini mengangkat tema Basic Romantic untuk rancangan kebaya tahun 2011. Di mana terinspirasi dari siluet kebaya yang ada di beberapa daerah di indonesia tanpa menghilangkan unsur aslinya. Kebaya Sunda, Jawa, dan kurung Melayu. Kesemuanya itu dirangkum dalam desain yang lebih modern dan simpel.(nsa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar