Sabtu, 06 November 2010

Ketika si Kecil Melontarkan Kebencian



Ketika si kecil melontarkan kebencian. (Foto: Getty Images)
TIBA-TIBA saja Femmy dikagetkan suara putri bungsunya, Rheina (4) berteriak-teriak menantang dari teras depan, "Apa lo! Apa lo! Jelek lo! Weee jelek lo!." 

Rupanya Rheina tidak terima diolok-olok anak laki-laki tetangga depan rumah yang usianya beberapa tahun lebih tua di atasnya.

"Rheina, enggak boleh ngomong gitu ya Nak! Enggak bagus itu. Masuk yuk! Kenapa sih Nak?," bujuk Femmy sambil menggandeng Rheina masuk ke dalam rumah.

Lain waktu si sulung Bernard (5) menghampiri Femmy sambil berkata, "Bernard benci Mama! Mama ngurusin adik terus!."

Meski Bernard mengucapkannya tidak sambil berteriak, tetapi sorot mata dan air mukanya begitu mendalam.

Femmy resah, ada apa dengan kedua anaknya ini. Mengapa mereka kerap melontarkan kata-kata bernada kebencian? Femmy merasa tidak ada yang salah dengan pola asuhnya selama ini bersama suami.

"Saya dan suami tidak pernah membeda-bedakan keduanya. Saya juga tidak pernah mengajarkan Rheina berkata kasar," keluh Femmy.

Bedakan Kasar dan Benci

Ketika kita mendapati anak-anak seusia Rheina dan Bernard tiba-tiba saja melontarkan kata-kata bernada kebencian, mari kita review kembali!

Seperti diungkapkan psikolog dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia, Nisfie MH Salanto, Psi, lontaran kata-kata seperti, "Aku tidak suka ini, aku tidak suka itu!" dalam batas tertentu masih dianggap wajar.

Tapi jika sering terjadi perlu dicermati lagi bagaimana kehidupan anak-anak ini di rumah. Karena apa yang terucap adalah representasi dari apa yang dia dapat.

"Biasanya, kalau anak bicara kasar atau kotor atau hanya bicara istilah-istilah yang dia sendiri pun tidak mengerti artinya, bisa jadi karena ia meng-copy lingkungan begitu saja," jelas Nisfie.

Berbeda dengan bicara benci atau hate talk. Seperti kasus Bernard misalnya. Ia bicara benci ke sang Mama sambil disertai sorot mata dan air muka yang penuh perasaan. Artinya, telah terjadi akumulasi ketidaknyamanan atau pengalaman-pengalaman buruk yang dia rasakan begitu besar.

"Sifatnya sudah pakai perasaan, sudah ada ekspresi tersendiri waktu bicara seperti sorot mata tertentu, bahasa tubuh, emosinya ikut menyertai kalimat yang dia lontarkan. Jarang sekali anak yang mengungkapkan hate talk itu hanya dengan muka datar atau biasa saja. Berbeda dengan bicara kasar yang tidak pakai perasaan. Istilahnya, membeo orang sekitarnya yang sering mengucapkan itu, diangggap lucu, tapi dia tidak tahu artinya. Walaupun kata-kata itu juga bukan kata-kata yang bisa diterima," ungkapnya.

4 Faktor Penyebab

Jika Moms mendapati si kecil melontarkan kata-kata kasar bahkan menjurus pada kebencian, telusuri kembali apa yang menjadi penyebabnya:

1. Akumulasi perasaan negatif sudah kian menumpuk

Lingkungan keluarga yang biasa berinteraksi sosial negatif dapat menjadi penyebabnya. Misal anak tersebut dibesarkan dalam keluarga yang selalu saja mengritik.

"Lebih concern pada hal-hal jeleknya saja dan sebaliknya hal baik tidak terlalu dikomentari. Namun kalau ada hal buruk dicecar habis," ujar Nisfie.

2. Model

Bagaimanapun anak usia prasekolah berpikir dan bertindak sesuai dengan model yang dicontoh sehari-hari.

Ada kemungkinan anak dibesarkan oleh orangtua yang temperamental, sensitif, sering bereaksi impulsif walau mungkin tidak berarti selalu diartikan marah.

"Anak akan mencontoh dan membuatnya menjadi irritable (lekas marah) oleh reaksi-reaksi dari lingkungan," imbuhnya.

3. Pemicu

Di rumah yang tidak hangat, tidak suka bergaul dengan lingkungan sekitar, suka mengklaim orang lain itu buruk, suka membicarakan orang di depan anak, walaupun anak tidak dilibatkan tapi ia akan mengamati karena anak adalah the great observer!

"Anak prasekolah belum punya pembanding, belum punya referensi bicara mana yang bagus, mana yang tidak. Gaya berbicara yang dia lihat sehari-hari itulah yang kemudian dia anggap benar. Padahal ketika dia masuk ke lingkungan di luar, cara tersebut dianggap tidak sesuai dengan harapan lingkungan. Akibatnya dia tidak disukai lingkungan karena lingkungan tidak respek, akhirnya lingkungan bereaksi negatif. Reaksi negatif itu akan kembali lagi memengaruhi diri si anak tersebut," ujar Nisfie.

4. Paparan Media Tanpa Pendampingan

Jika anak menonton sinetron yang marak di televisi secara terus menerus tanpa pendampingan yang tepat dari orangtua maka akan cukup berpengaruh untuk anak melontarkan hate talk. Sebaliknya, jika orangtua mendampingi dan dapat memberikan penjelasan tepat, justru bisa dijadikan sarana edukasi.

Misal: saat menonton sinetron peran anak antagonis lawan protagonis, dapat kita jelaskan, "Lihat itu Dek, enggak bagus orang bicara kasar seperti itu. Marah-marah, jahat sama orang lain, jangan dicontoh ya!."

Stoping Hate Talk

Bicara kasar bahkan menjurus pada kebencian tentu sangat tidak nyaman apalagi jika ini terjadi pada anak-anak kita. Ikuti tip berikut untuk menghentikannya!

- Kenali dan ajak bicara apa yang menyebabkan anak berkata demikian.
- Identifikasi apa yang salah. Apakah orangtua memiliki masalah kepribadian (temperamental, emosional) atau apakah anak merasa diperlakukan sebagai anak yang tidak diinginkan.
- Perbaiki pola asuh yang salah.
- Kenali apakah anak termasuk Iekas marah (irritable). Jika demikian telusuri lagi penyebabnya apakah karena kelelahan, frustasi, atau bahkan perasaan tersingkir di sekolah
- Komunikasikan kondisi ini pada pihak sekolah.(Mom& Kiddie//nsa)

KOMUNITAS JUTAWAN INTERNET

Tidak ada komentar:

Posting Komentar