Minggu, 28 November 2010

Maksimalkan Waktu Bermain & Belajar Anak

Lifestyle » Family » Maksimalkan Waktu Bermain & Belajar Anak

Maksimalkan Waktu Bermain & Belajar Anak

Minggu, 28 November 2010 - 11:18 wib

Maksimalkan waktu bermain dan belajar anak. (Foto: Corbis) KETIKA orangtua sama-sama bekerja lalu bagaimana dengan nasib anak yang mereka tinggalkan di rumah? Padahal pada periode emas ini anak masih sangat membutuhkan stimulasi tepat guna memaksimalkan perkembangannya.

Tak sedikit orangtua yang memasukkan si kecil ke sekolah seperti playgroup, preschool, bahkan baby school. Pagi datang, bermain, belajar, lalu berkisar pukul 10 sudah boleh pulang. Setelah itu, pengasuhan si kecil pun kembali ke rumah, entah diasuh oleh nenek atau baby sitter.

Lalu, apakah pola pengasuhan mereka sudah seperti apa yang moms&dads harapkan? Bisa ya bisa tidak. Jika tidak, mungkin Anda dapat mempertimbangkan satu lagi alternatif sekolah bagi si kecil yaitu Fullday School.

Kenapa Fullday School?

Alasan utama orangtua memilih Fullday School adalah waktu. Seperti dituturkan oleh Tri Cahya (35), sejak si sulung memasuki usia prasekolah. Terlebih lagi ibu dua orang anak ini juga seorang wanita karir yang sebagian waktunya habis di luar rumah.

"Saya ingin anak-anak dapat stimulasi yang lebih intens dan terarah sekaligus tetap dalam suasana bermain. Dibandingkan kalau di rumah mereka suka main yang nggak jelas. Kalau di sekolah mereka bisa belajar, bersosialisasi, berbagi, dan yang terpenting dapat pelajaran agama sejak dini," cerita Cahya yang kemudian menjatuhkan pilihan pada Nur Hikmah Islamic Fullday School.

Toilet Training hingga Kemandirian

Menyekolahkan anak ke fullday school ini rupanya banyak manfaat. "Anak-anakku sama sekali tidak TV addict, mereka enjoy banget di sekolahnya, lalu mereka juga cukup PD di lingkungan baru dan mudah beradaptasi," cerita Cahya yang kemudian melanjutkan menyekolahkan kedua anaknya, Khalisha Sarah A, dan Kamila Jasmine A ke tingkat sekolah dasar yang juga berbasis fullday.

Sebagai seorang guru untuk kategori usia anak-anak prasekolah, Ambar mengakui  menemukan banyak masalah yang berkaitan dengan kemandirian pada anak.

"Seperti toilet training, banyak anak-anak yang belum bisa pakai celana sendiri, enggak bisa cebok sendiri. Maka di awal-awal tahun ajaran, memang toilet training yang menjadi program utama kami untuk masalah kemandirian," aku Ambar.

Disampaikan pula kepada orangtua bahwa ketika kemandirian ini tidak kita tuntaskan di TK, akan berpengaruh besar pada tahap perkembangan mereka berikutnya.

Pahami Tahapan Perkembangan Anak

Selain memaksimalkan waktu berkualitas untuk anak, selaku Kepala Sekolah Taman Kanak-Kanak Nur Hikmah, Ambar Retnowati menambahkan tentang pentingnya tenaga pengajar yang paham betul tentang perkembangan anak.
"Karena fullday, dari segi waktu tentu rentangnya lebih lama daripada sekolah pada umumnya. Untuk itu dibutuhkan guru-guru yang cukup sabar dan memahami tahap-tahap perkembangan anak," paparnya.

Senada dengan Ambar, Agustina Untari, Psi, Konsultan Sekolah Putik Indonesia menekankan bahwa guru-guru perlu mengerti tentang tahap perkembangan anak.

"Apa yang perlu mereka capai pada usia ini, apa yang menjadi isu penting untuk dipelajari mereka. Ini penting karena setiap fase usia ada tonggak perkembangannya sehingga guru dapat meng-handle anak dengan tepat," imbuh Agustina.

Variasi Kegiatan

Dengan rentang waktu yang lumayan panjang, Anda mungkin bertanya-tanya, apa saja yang mereka lakukan di sekolah? Apakah anak-anak ini tidak merasa bosan? 

"Kami berusaha agar anak-anak di sini bisa enjoy sekaligus menemukan sesuatu yang baru sesuai tahap perkembangannya. Apalagi usia mereka adalah usia bermain. Kami coba sisipkan dalam permainan mereka yang sekaligus menjadi pembelajaran. Sarana dan prasarana yang kami sediakan disini bertujuan agar anak-anak dapat aktif mengesplorasi," papar Ambar.

Berkaitan dengan kegiatan bermain dan belajar, sekolah yang berlokasi di Pondok Melati, Bekasi ini mengembangkan metoda BCCT (Beyond Centre and Circle Time) yang diadopsi dari Amerika. Metoda tersebut kemudian diaplikasikan Nur Hikmah dalam bentuk Sentra di mana dalam sebuah Sentra disiapkan seperangkat pembelajaran yang difokuskan dalam satu bidang. Di antaranya seperti:

- Sentra Persiapan

Anak diajarkan mengenal huruf, angka, warna, bentuk.

- Sentra Balok atau Sentra Rancang Bangun

Anak belajar untuk memprediksi ketika ingin membuat sebuah bangunan, bentuk balok apa saja yang mereka butuhkan. Konsep matematika sudah mulai mereka kenal disini.

- Sentra Seni dan Kreativitas

Memberi kesempatan bagaimana berinovasi dan berkreasi dalam menghasilkan suatu barang.

- Sentra Bahan Alam

Tujuannya merangsang motorik halus dan motorik kasar. Dimunculkan media yang berasal dari alam seperti pasir, tanah, biji-bijian, dan lain-lain. Ketika meremas pasir otomatis otot-otot tangan terangsang, merasakan kasarnya pasir seperti apa. Ketika otot-otot tangan ini terangsang nantinya akan berpengaruh pada persiapan menulis, apakah mereka dapat menulis dengan rapi.

- Sentra Main Peran

Disiapkan berbagai mainan yang berkaitan dengan profesi seperti polisi, dokter, petani. Bagaimana mereka dapat berperan disini, menghayati apa yang mereka pilih.

- Sentra Musik dan Olah Tubuh

Disediakan berbagai alat musik, papan titian, bermain bola. Merangsang  kemampuan musikal dan kinestetik anak.

- Sentra Keimanan dan Ketakwaan

Membangun karakter anak sejak awal dengan misalnya mengajarkan kejujuran. Dibuat dalam satu lakon ilustrasi bersama-sama antara guru dengan siswa.(Mom& Kiddie//nsa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar