Sabtu, 27 November 2010

Peran Orangtua Dibutuhkan Anak Sensitif

Lifestyle » Family » Peran Orangtua Dibutuhkan Anak Sensitif

Peran Orangtua Dibutuhkan Anak Sensitif

Sabtu, 27 November 2010 - 16:04 wib

Dampingi anak Anda yang sensitif. (Foto: Google) ANAK yang tergolong hipersensitif atau amat peka akan sulit mengatasi perasaan tersinggungnya. Hal tersebut bisa dihilangkan, asalkan orangtua membantunya untuk mengatasi sifat tersebut.
ZalfaFitria, 6, kerap kali menyendiri saat suasana hatinya sedang tidak senang. Atau misalnya Zalfa murung karena mendapatkan perlakuan kasar dari temannya.

Zalfa memang mudah tersinggung atau sensitif. Psikolog anak dan keluarga dari LPT Universitas Indonesia, Fabiola P Setiawan Mpsi mengatakan, anak sensitif umumnya memiliki ciri-ciri, seperti sangat mudah terganggu oleh situasi sekitarnya yang tidak sesuai dengan harapannya. Hal ini ditunjukkan dengan sikapnya yang mudah menangis, mengambek, dan sebagainya. Anak yang sensitif umumnya menunjukkan reaksi yang berlebihan bila tidak mendapatkan keinginannya atau menghadapi situasi yang tidak sesuai harapan.

“Misalnya, seperti mudah marah ketika mendengar adik menangis atau marah ketika diingatkan orangtua untuk mengerjakan tugas sehari-hari,” ujar psikolog Fabiola, yang akrab disapa Faby ini.

Faby menjelaskan, anak yang sensitif memiliki penyebab beragam, misalnya karakteristik atau sifat dari anak tersebut. Namun, selain karakteristik yang sudah ada dalam sifat anak, ternyata temperamen anak juga dapat dipengaruhi oleh pola pengasuhan orangtua. Sebaiknya, papar Faby, orangtua yang terampil dan sabar dalam mengasuh anak dapat memberikan reaksi yang tepat ketika menghadapi anak yang sedang membutuhkan perhatian mereka.

“Jika orangtua bertindak demikian, maka dapat membuat anak merasa tenang dan dapat menerapkan keterampilan yang diajarkan orang tuanya ketika anak menghadapi persoalan sehari- hari,” ujar dia. Namun, orang tua yang terlalu melindungi dapat menghambat anak untuk belajar menghadapi permasalahannya secara mandiri sehingga cenderung kurang matang dalam menunjukkan emosi maupun reaksinya terhadap masalah yang ada.

“Jika anak sensitif dibesarkan di lingkungan yang tidak memahaminya dan memberikan tekanan-tekanan yang membuatnya mudah terbawa emosi, tentu dapat berdampak buruk bagi perkembangan emosinya di kemudian hari,” tandasnya.

Segera tangani dengan tepat apabila buah hati Anda memiliki sifat sensitif karena bisa-bisa mereka menemukan kendala ketika bersosialisasi di lingkungannya. Misalnya, ketika teman mengajaknya bergurau, ternyata anak sensitif menyikapinya dengan reaksi yang tidak tepat dan merasa teman tersebut meledeknya atau ingin menyakiti hatinya.

Sikap sensitif juga terlihat melalui kecenderungan anak untuk mudah merasa tersinggung atau terbawa emosi ketika teman tidak memberikan reaksi yang diinginkannya.

“Apabila tidak ditangani dengan tepat bahkan dibiarkan, maka sifat sensitif tersebut dapat terbawa hingga dewasa,” psikolog yang juga berprofesi sebagai dosen di Universitas Tarumanegara Jakarta ini.

Karena itu, peran orangtua dan lingkungan sangat penting untuk memperbaiki sifat anak yang terlalu sensitif sehingga anak dapat menyikapi setiap peristiwa dengan sikap yang lebih matang dan tepat.

Sementara itu, menurut psikolog perkembangan Alva Handayani Psi, terdapat perbedaan pada anak-anak yang tergolong hipersensitif atau amat peka. Mereka umumnya sangat sulit untuk mengatasi perasaan tersinggungnya. Mereka lebih sering tampil sebagai anak yang temperamental dan bersikap murung.

“Pandangan anak sensitif cenderung negatif sehingga apa saja bisa dipandang salah,” tutur staf pengajar Fakultas Psikologi, Universitas Islam Bandung ini. Jika dilihat dari penyebabnya, sifat sensitif pada si kecil juga terjadi karena merasa dirinya tidak mampu. Di satu sisi, perasaan ini bisa saja merupakan penghayatan subjektif mereka. Namun, akibat lanjut dari hal tersebut justru mereka menjadi benar-benar “tidak mampu” karena tidak pernah berusaha untuk mencoba sesuatu keterampilan baru.

“Di sisi lain, orang tua yang memiliki harapan yang tidak realistis juga bisa mengakibatkan anak balitanya merasakan diri tidak mampu. Karena hal yang dituntut dari orang tuanya memang tidak realistis jika dibandingkan dengan kemampuannya,” ungkap Alva.

Terlebih jika anak merasa gagal memenuhi harapan orangtua atau orangtua sering mengucapkan kata-kata yang merendahkan harga diri anak. Namun pada beberapa anak, mereka mempunyai niat sengaja menggunakan sifat sensitifnya untuk mengontrol orang lain. Jika dia meminta sesuatu dengan cara merengek, maka orangtuanya akan segera datang untuk membantunya. Atau jika si kecil tidak ingin melakukan sesuatu yang diminta orangtua misalnya, dia akan menangis atau marah-marah sampai orang tuanya menyerah.

“Dengan begitu, si kecil bisa menggunakan sifat sensitif tadi untuk mengontrol orang lain dan memenuhi apa yang diinginkannya. Kalau anak memanfaatkan sifat sensitifnya, sebaiknya orangtua mewaspadainya,” tutur Alva.(SINDO//tty

Tidak ada komentar:

Posting Komentar