Lifestyle » Fit and Beauty » Tepat Pilih-Pilih Obat
Tepat Pilih-Pilih Obat
Selasa, 23 November 2010 - 09:19 wib
Pintar pilih obat (Foto: Google)
INSIDEN pemalsuan dan obat ilegal terus meningkat. Untuk menghindari bahaya obat palsu tersebut, sebaiknya tingkatkan kewaspadaan saat memilih obat. Bagaimana memilih obat yang benar?
Peredaran obat di Indonesia diperkirakan 10 persen termasuk dalam kategori obat ilegal adalah obat palsu. Peredaran obat palsu telah menjadi perhatian dunia internasional, terbukti dengan dibentuknya single point of contact (SPOC) yang berfungsi untuk menjembatani berbagai jenis peredaran obat sehingga dapat menekan maraknya obat palsu.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), obat palsu adalah obatobatan yang secara sengaja dipalsukan penandaannya, baik identitas maupun sumbernya. Sedangkan menurut Permenkes, obat palsu adalah obat yang diproduksi oleh yang tidak berhak berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau produksi obat dengan meniru obat lain yang telah memiliki izin edar.
Sekjen Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Dr Slamet Budiarto SH MH Kes mengatakan bahwa penggunaan obat palsu dapat menyebabkan kesalahan dalam pengobatan. Selain itu, obat palsu sangat membahayakan kesehatan, terutama bila dikonsumsi oleh penderita penyakit kronis.
“Bahayanya bisa menyebabkan macam-macam dampak yang merugikan kesehatan, termasuk stroke juga sakit jantung,” ucapnya dalam acara diskusi media yang diadakan oleh International Pharmaceutical Manufacturers Group (IPMG) dengan tema “Peran Aktif Pemerintah dalam TanganiAncaman Obat Palsu di Kalangan Masyarakat” di Hotel Nikko Jakarta.
Pemalsuan zat aktif dari obat keras atau psikotropika sangat membahayakan kesehatan.
Pemalsuan obat pun bisa beragam jenisnya, seperti obat yang tanpa zat aktif, kadar zat aktif kurang, zat aktifnya berlainan, zat aktifnya sama dengan kemasan dipalsukan, juga obat dengan kualitas yang berbeda.
Jika konsumen mengonsumsi obat palsu, maka dampak yang terjadi, di antaranya mereka akan alami gejala yang bisa berupa keluhan penyakit tidak sembuh. Obat palsu juga bisa menyebabkan resistensi kuman karena penggunaan antibiotik dengan dosis yang tidak tepat sehingga mengancam kesehatan dan keselamatan. Di samping itu, juga bisa timbulkan sakit yang berkepanjangan. Selain itu, pasien juga mengalami kerugian finansial dan hilangnya harihari produktif.
“Obat yang tidak mengandung zat berkhasiat menyebabkan penyakit bertambah parah karena obat tidak mengurangi gejala atau menyembuhkan penyakit,” ujar Slamet. Antibiotik yang kadarnya dikurangi bisa membuat penyakit menjadi lebih kebal. Pasien bahkan bisa hilang rasa percaya kepada dokter (karena menuliskan resep yang ternyata tidak manjur) dan dapat menyebabkan pasien mencari pengobatan ke luar negeri. Sementara dampak yang terburuk adalah kematian karena penyakit tidak mendapat pengobatan yang tepat.
“Tetapi, selama obat yang dipalsukan bukan zat aktif, maka tidak membahayakan kesehatan,” paparnya.
Obat palsu dan asli memiliki bentuk yang serupa, tapi tak sama. Obat palsu dan obat asli sangat sulit dibedakan, seperti pada bentuk, warna, dan kemasan obat palsu yang dibuat mirip dengan aslinya. Jadi, pintar-pintarlah memilih obat yang tepat, yaitu obat asli, bukan obat palsu.
“Obat palsu hanya dapat dideteksi melalui uji laboratorium,” tandasnya. Masih dijelaskan Slamet, kandungan obat palsu sangat jauh berbeda dengan obat yang asli, seperti ada kandungan zat berkhasiat yang dikurangi, ada yang kandungan zatnya berbeda, bahkan ada yang hanya mengandung tepung.
“Obat sakit gigi dan obat lifestyle seperti obat peningkat gairah seksual pria termasuk obat yang paling banyak dipalsukan,” tutur Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapeutik dan Napza Badan Pengawas Obat dan Makanan, Dra Lucky S Slamet M Sc.
Kini kita bisa menghindari konsumsi obat palsu, seperti dengan berhati-hati dalam menebus resep. Lucky menuturkan, menebus resep di sembarang tempat akan membuka kesempatan mendapatkan obat palsu yang membahayakan kesehatan. Agar tidak salah membeli, periksa kembali kemasan obat dengan teliti, apakah masih tersegel dengan baik. Periksa pula label obat, nama obat, nama produsen, dan tanggal kedaluwarsa.
“Agar terhindar dari obat palsu, tebuslah obat resep Anda di apotek karena apotek adalah tempat yang resmi dan terjamin aman dari beragam obat palsu,” ungkap Lucky di acara yang sama.
(SINDO//tty
Peredaran obat di Indonesia diperkirakan 10 persen termasuk dalam kategori obat ilegal adalah obat palsu. Peredaran obat palsu telah menjadi perhatian dunia internasional, terbukti dengan dibentuknya single point of contact (SPOC) yang berfungsi untuk menjembatani berbagai jenis peredaran obat sehingga dapat menekan maraknya obat palsu.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), obat palsu adalah obatobatan yang secara sengaja dipalsukan penandaannya, baik identitas maupun sumbernya. Sedangkan menurut Permenkes, obat palsu adalah obat yang diproduksi oleh yang tidak berhak berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau produksi obat dengan meniru obat lain yang telah memiliki izin edar.
Sekjen Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Dr Slamet Budiarto SH MH Kes mengatakan bahwa penggunaan obat palsu dapat menyebabkan kesalahan dalam pengobatan. Selain itu, obat palsu sangat membahayakan kesehatan, terutama bila dikonsumsi oleh penderita penyakit kronis.
“Bahayanya bisa menyebabkan macam-macam dampak yang merugikan kesehatan, termasuk stroke juga sakit jantung,” ucapnya dalam acara diskusi media yang diadakan oleh International Pharmaceutical Manufacturers Group (IPMG) dengan tema “Peran Aktif Pemerintah dalam TanganiAncaman Obat Palsu di Kalangan Masyarakat” di Hotel Nikko Jakarta.
Pemalsuan zat aktif dari obat keras atau psikotropika sangat membahayakan kesehatan.
Pemalsuan obat pun bisa beragam jenisnya, seperti obat yang tanpa zat aktif, kadar zat aktif kurang, zat aktifnya berlainan, zat aktifnya sama dengan kemasan dipalsukan, juga obat dengan kualitas yang berbeda.
Jika konsumen mengonsumsi obat palsu, maka dampak yang terjadi, di antaranya mereka akan alami gejala yang bisa berupa keluhan penyakit tidak sembuh. Obat palsu juga bisa menyebabkan resistensi kuman karena penggunaan antibiotik dengan dosis yang tidak tepat sehingga mengancam kesehatan dan keselamatan. Di samping itu, juga bisa timbulkan sakit yang berkepanjangan. Selain itu, pasien juga mengalami kerugian finansial dan hilangnya harihari produktif.
“Obat yang tidak mengandung zat berkhasiat menyebabkan penyakit bertambah parah karena obat tidak mengurangi gejala atau menyembuhkan penyakit,” ujar Slamet. Antibiotik yang kadarnya dikurangi bisa membuat penyakit menjadi lebih kebal. Pasien bahkan bisa hilang rasa percaya kepada dokter (karena menuliskan resep yang ternyata tidak manjur) dan dapat menyebabkan pasien mencari pengobatan ke luar negeri. Sementara dampak yang terburuk adalah kematian karena penyakit tidak mendapat pengobatan yang tepat.
“Tetapi, selama obat yang dipalsukan bukan zat aktif, maka tidak membahayakan kesehatan,” paparnya.
Obat palsu dan asli memiliki bentuk yang serupa, tapi tak sama. Obat palsu dan obat asli sangat sulit dibedakan, seperti pada bentuk, warna, dan kemasan obat palsu yang dibuat mirip dengan aslinya. Jadi, pintar-pintarlah memilih obat yang tepat, yaitu obat asli, bukan obat palsu.
“Obat palsu hanya dapat dideteksi melalui uji laboratorium,” tandasnya. Masih dijelaskan Slamet, kandungan obat palsu sangat jauh berbeda dengan obat yang asli, seperti ada kandungan zat berkhasiat yang dikurangi, ada yang kandungan zatnya berbeda, bahkan ada yang hanya mengandung tepung.
“Obat sakit gigi dan obat lifestyle seperti obat peningkat gairah seksual pria termasuk obat yang paling banyak dipalsukan,” tutur Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapeutik dan Napza Badan Pengawas Obat dan Makanan, Dra Lucky S Slamet M Sc.
Kini kita bisa menghindari konsumsi obat palsu, seperti dengan berhati-hati dalam menebus resep. Lucky menuturkan, menebus resep di sembarang tempat akan membuka kesempatan mendapatkan obat palsu yang membahayakan kesehatan. Agar tidak salah membeli, periksa kembali kemasan obat dengan teliti, apakah masih tersegel dengan baik. Periksa pula label obat, nama obat, nama produsen, dan tanggal kedaluwarsa.
“Agar terhindar dari obat palsu, tebuslah obat resep Anda di apotek karena apotek adalah tempat yang resmi dan terjamin aman dari beragam obat palsu,” ungkap Lucky di acara yang sama.
(SINDO//tty
Tidak ada komentar:
Posting Komentar