Kamis, 18 November 2010

Tidak Cukup Baik & Kompeten, Hal yang Ditakuti Pria

Lifestyle » Lust and Love » Tidak Cukup Baik & Kompeten, Hal yang Ditakuti Pria

Tidak Cukup Baik & Kompeten, Hal yang Ditakuti Pria

Kamis, 18 November 2010 - 17:00 wib

Adhini Amaliafitri - Okezone


Tidak cukup baik & kompeten, hal yang ditakuti pria. (Foto: Corbis) KAUM hawa, tahukah Anda bahwa hal yang paling ditakuti pria adalah saat ia merasa tidak cukup baik dan kompeten? Mereka mengimbangi ketakutannya dengan memusatkan perhatian untuk meningkatkan kemampuan dan kompetensinya.

Sukses, prestasi, dan efisiensi menjadi yang paling utama dalam hidupnya.

"Seperti halnya kaum wanita yang takut menerima, kaum pria takut memberi. Menawarkan dirinya dengan memberi kepada orang lain, berarti menghadapi risiko kegagalan, dikoreksi, dan ditolak. Risiko ini sangat menyakitkan, sebab jauh di alam bawah sadarnya, pria memiliki keyakinan bahwa ia tidak cukup baik," kata John Gray PhD dalam buku Men are from Mars, Women are from Venus.

Dr Gray mengimbuhkan, keyakinan negatif tersebut dibentuk dan diperkuat saat pria menginjak masa kanak-kanak. Seiring waktu, dia selalu dibebankan kewajiban untuk bertindak lebih baik. Jadi, manakala prestasinya tidak diperhatikan atau tidak dihargai, mereka mulai membentuk keyakinan keliru bahwa dirinya tidak cukup berkompeten.

Buruknya, menurut Dr Gray, pria sangat rawan terhadap keyakinan keliru ini yang menimbulkan rasa takut gagal di dalam dirinya. Dia ingin memberi, tapi khawatir tidak memuaskan si penerima sehingga tidak jadi mencoba. Apabila ketakutan terbesarnya adalah rasa tak mampu, dia akan menghindari setiap risiko yang tak perlu.

Lebih lanjut Dr Gray memaparkan, bila pria sungguh-sungguh mencintai, rasa takut gagal ini meningkat, dan dia semakin sedikit memberi. Untuk mencegah kegagalan, dia berhenti memberi kepada orang-orang yang paling ingin diberinya.

"Bila pria merasa tidak aman, kemungkinan dia akan mengimbanginya dengan tidak memerhatikan orang lain, kecuali dirinya sendiri. Tanggapan defensifnya secara otomatis, misal dengan mengatakan 'Aku tidak peduli'. Karena alasan inilah, pria tidak mampu terlampau banyak merasakan atau memerhatikan orang lain. Tapi dengan meraih kesuksesan dan kekuasaan, mereka akhirnya menyadari bahwa mereka cukup baik dan cukup berhasil dalam memberi," imbuhnya.

Meskipun pria senantiasa merasa sudah cukup baik dalam mengendalikan emosi di bandingkan wanita, proses membuktikan kekuasaan mempersiapkan mereka untuk menerima kebijaksanaan mengenai harga diri.

"Mereka menyadari bahwa setiap kegagalan diperlukan untuk mencapai keberhasilan di kemudian hari. Setiap kesalahan telah memberi pelajaran berharga yang sangat diperlukan untuk mencapai sasaran hidupnya. Dengan demikian, mereka menyadari bahwa mereka senantiasa telah cukup baik," tutup Dr Gray yang juga menulis What You Feel, You Can Heal ini.(nsa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar