Senin, 18 April 2011

Merancang Studio Musik Pribadi

Lifestyle » Griya » Merancang Studio Musik Pribadi

Merancang Studio Musik Pribadi

Selasa, 19 April 2011 - 08:25 wib

Merancang studio musik pribadi. (Foto: Getty Images) TANPA harus mengeluarkan biaya, waktu, serta tenaga yang banyak, Anda dapat menyalurkan hobi bermain musik di rumah. Caranya, ciptakan studio musik pribadi.

Kebutuhan setiap orang tentu berbeda-beda. Hal itu pula yang kelak bakal menentukan sebuah ruang perlu dirancang atau tidak, tak terkecuali studio musik. Buat yang hobi main musik atau yang pekerjaannya sebagai musisi, tentu ruangan ini sangat dibutuhkan guna melancarkan aktivitas mereka.

Dengan alasan itu pula, guna menghemat waktu, biaya, dan tenaga, sebagian orang mendesain studio musik pribadi. Ruangan ini begitu penting daripada harus menyewanya di luar rumah.

Lantas, bagaimana perancangannya? Menurut arsitek Yos Villys Yoenan, studio musik bisa menjadi penting karena latar belakang si empunya rumah yang berprofesi sebagai musisi dan kerap membuat rekaman sendiri. Namun bagi sejumlah orang di luar itu, studio musik jarang diaplikasikan di rumah karena memang biaya maintenance-nya relatif mahal dan areanya cukup memakan banyak tempat.

“Maka itu, banyak juga musisi yang memilih menyewa studio musik di luar daripada buat di rumah,” kata Yos.

Sebelum membangun studio musik, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan oleh pemilik rumah.Yang pertama adalah ketersediaan ruang. Maksudnya, apakah masih ada ruang kosong atau lahan yang tidak terpakai sehingga dapat dibuat ruang baru. Tapi jika ruang memang tidak ada, penyatuan fungsi ruang menjadi salah satu cara alternatif agar pemilik rumah tetap dapat menyalurkan keinginannya menciptakan studio musik pribadi.

“Mungkin kalau dari awal membangun rumah keinginan membuat studio musik sudah tercetus akan lebih mudah merancangnya. Maka itu, setiap kali membangun rumah, seorang arsitek mesti mewawancarai pemiliknya terlebih dahulu, baru dibuatlah keterhubungan ruangannya,” ungkap Yos.

Berbeda halnya ketika ruang studio yang akan dirancang baru tercetus setelah rumah sudah lama jadi. Artinya, keinginan merancang studio pribadi muncul ketika hobi itu sedang giat-giatnya dilakukan.

Maka, yang mungkin bisa Anda lakukan adalah memanfaatkan area bawah rumah. Biasanya orang menggunakan basement atau dekat carport. Sebab, ruang di sanalah yang bisa dibuat ruangan kedap suara. Selain itu, tentu area bawah juga bisa semua ditutup tanpa harus merusak keindahan sekitar.

“Daripada ditaruh di lantai dua, dalam arti dengan kondisi banyak orang yang lalu-lalang di area tersebut atau ternyata lantai dua dijadikan tempat kumpul keluarga, tapi tiba-tiba ada satu ruang tertutup juga di sana, itu malah jadi kelihatan seperti gudang dan tidak indah. Makanya, orang lazim memakai lantai bawah dekat carport atau basement,” ungkap alumnus Universitas Bina Nusantara Jakarta itu.

Adapun standar ukuran studio musik, sebut Yos, untuk band cukup sediakan lahan 4x5 meter persegi. Dari ukuran itu, Anda sudah bisa mengisi ruang musik dengan mikrofon, dua speaker besar, alat drum, dan gitar. Namun bila ingin menambahkan aksesori studio rekaman, Anda harus menyediakan lahan ekstra ukuran 3x4 meter persegi agar dengan luas lahan tersebut,penggunanya bisa senantiasa merasa nyaman.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah ketinggian plafon. Ukuran plafon bisa jadi penentu untuk menciptakan kesan lapang pada ruang, tidak terkecuali pada studio musik. Sebab, sifat ruang yang tertutup, jika tidak didukung dengan proporsi yang tepat, malah akan membuat penggunanya tidak nyaman. Dalam hal ini,dengan ukuran lahan 4x5 meter, Anda bisa membangun plafon yang tingginya kira-kira 2,6–2,7 meter.

“Akan lebih baik jika plafon tidak dibuat terlalu tinggi. Sebab, semakin tinggi plafon, maka gelombang suara akan semakin besar sehingga hasil suaranya atau bunyi yang keluar jadi kurang memuaskan,” kata Yos.

Selain itu, lanjut Yos,plafon tinggi juga memicu udara yang lebih banyak. Studio musik cenderung menggunakan air conditioner (AC). Tak pelak, demi mendapatkan suhu yang lebih dingin, otomatis daya yang dibutuhkan untuk AC juga relatif lebih besar agar kenyamanan penggunanya tetap tercipta.

Dengan daya yang besar akan memicu energi yang keluar lebih banyak dan tidak hemat energi. Mengenai elemen penting lain seperti elektronikal dan mekanikal, tentu harus sudah bisa ditata dari awal sebelum material pembungkus atau peredam suara diaplikasikan. Sebab, memang itu yang paling penting. Jika elemen seperti sakelar saja dibuat belakangan, akan membuat pekerjaan dua kali.

Rencana selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah ventilasi, seperti AC atau peralatan insulasi dan peredam suara yang ditanam pada plafon gypsum atau lantai.

“Idealnya, pasanglah rockwool di dalam partisi gypsum, baik pada plafon dan lantai maupun partisi dindingnya. Atau bisa juga dilapisi bagian luarnya dengan kain agar bisa meredam suara,” papar Yos.(SINDO//nsa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar