Senin, 22 November 2010

Bulu Kembali ke Atas Catwalk

Lifestyle » Trend and Fashion » Bulu Kembali ke Atas Catwalk

Bulu Kembali ke Atas Catwalk

Senin, 22 November 2010 - 10:07 wib

Bulu kembali ke atas catwalk. (Foto: Abc.net) DALAM sejarah mode, bulu kerap menjadi polemik dan tidak jarang menimbulkan kontroversi, baik saat “beraksi” di atas catwalk, ketika memeluk tubuh para pesohor dalam wujud mantel, maupun tampil sebagai detail cantik sebuah aksesori.

Kendati selalu memunculkan pro-kontra dan mengundang kritik, bulu terus-menerus menarik perhatian pelaku mode dan menemukan jalannya kembali ke atas catwalk. Seperti yang terjadi musim ini, di mana bulu muncul di banyak koleksi desainer juga brand.

Label-label papan atas, seperti halnya Chanel, Nina Ricci, serta Gucci,menghadirkan bulu sebagai detail koleksi musim gugur dan musim dingin mereka. Tentu, mengingat protes keras yang terus dilancarkan organisasi perlindungan hak hewan, bulu-bulu yang hadir di pertunjukan label-label kenamaan tersebut bukanlah bulu asli, melainkan sintetis yang telah diolah sedemikian rupa sehingga nyaris serupa dengan aslinya.

Di luar brand papan atas itu, label aksesori Be & D yang menggunakan bulu dalam koleksinya menyatakan bahwa mereka menggunakan bulu kelinci dan domba yang merupakan limbah industri ternak.

Top shop menggunakan bulu yang biasa digunakan untuk membuat boneka beruang, namun diolah lebih lanjut untuk mendapatkan tekstur yang lebih halus layaknya bulu asli. Dari beberapa label tersebut, bisa diambil kesimpulan bahwa bulu yang kembali marak musim ini bukanlah bulu asli yang dengan keras ditentang oleh People for Ethical Treatment for Animal (PETA), melainkan bulu sintesis.

Giles Mendel dari brand J Mendel yang kerap menggunakan bulu mengatakan, kini pelaku mode kembali menghadirkan bulu di dunia mode,namun dengan pertimbangan moral.

“Bulu telah menemukan jalannya kembali sejalan dengan meningkatnya permintaan dari sektor produk mewah,” ujar Mendel.

Kendati demikian, Mendel menambahkan bahwa pelaku mode saat ini lebih memilih menggunakan faux fur daripada bulu asli. “Mereka sudah lebih mengerti, kendati eksklusif dan cantik, menggunakan bulu asli akan berbuntut panjang,” paparnya.

Atas alasan itu, banyak pelaku mode yang menggunakan inovasi dan teknologi baru pembuatan bulu sintesis. Beberapa desainer berusaha menyeimbangkan kebutuhan fashion serta kepedulian terhadap alam.

Mereka mengaku melakukan pengolahan lebih jauh dan hanya memilih bulu dari distributor berlisensi sehingga material yang mereka gunakan tidak mengganggu keseimbangan alam.

Frida Giannini, Direktur Kreatif Gucci mengatakan bahwa bulu yang digunakan dalam koleksi musim gugur dan musim dinginnya sudah melalui proses pengolahan lebih lanjut.

“Kami menggunakan teknologi baru yang menghasilkan koleksi bulu klasik ala Gucci yang lebih ringan, nyaris seperti t-shirt,” ujarnya.

Dia juga mengatakan, material tersebut merupakan kombinasi antara suede dan bulu rubah. Giannini juga menjelaskan bahwa bulu yang digunakannya berasal dari distributor berlisensi.

“Saya pikir bulu adalah jenis tekstil lain yang digunakan sebagai material untuk busana wanita," tutupnya.(SINDO//nsa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar