Lifestyle » Trend and Fashion » Batik Sukabumi Unggulkan Motif Alam
Batik Sukabumi Unggulkan Motif Alam
Jum'at, 22 April 2011 - 12:18 wib
(Foto: Toni/SI) APA jadinya jika kekayaan alam yang terkandung di Sukabumi seperti penyu serta daun kole menjadi motif kain batik? Selain tampil lebih trendi, motif ini ternyata mampu menembus pasar fesyen nasional.
Bila melihat sejarah, batik telah tumbuh sejak puluhan tahun silam di Sukabumi. Keberadaannya meredup seiring terputusnya regenerasi pengrajin batik di daerah tersebut. Namun memasuki 2011 ini, usaha batik di Sukabumi kembali bergeliat. Kini, Sukabumi tidak hanya dikenal sebagai Kota Mochi, tapi lambat laun dikenal sebagai kota batik.
Kondisi ini salah satunya dipicu oleh sepak terjang Koperasi Aspirasi Masyarakat (Kopasmara). Di bangunan seluas kurang lebih 4 meter x 5 meter di Jalan Proklamasi, Kelurahan Jagakarsa, Kecamatan Baros, Kota Sukabumi, batik dengan motif sumbar daya alam khas Sukabumi tercipta.
“Bukan hanya hewan penyu dan daun kole, kekayaan alam Sukabumi lainnya yang dijadikan motif batik, adalah gunung, rimba, laut, dan pantai yang dikenal dengan singkatan gurilap serta motif daun teh, bunga lili, dan ikan jangilus. Hasilnya cukup memuaskan, produk batik yang dihasilkan menarik perhatian para pencinta batik nasional. Pesanan datang dari berbagai daerah,” ujar Panji, pengelola Kopasmara.
Sejauh ini, koperasi yang dikelola anggota DPR RI Ingrid Kanzil tersebut belum sepenuhnya berorientasi produksi, tapi masih berkutat pada pengembangan atau pemberdayaan sumber daya manusia. Akibatnya, usaha batik Sukabumi masih berjalan di tempat.
“Jumlah pengrajin batik masih sangat terbatas, hanya sekitar 22 orang. Idelanya, untuk bisa menghasilkan produk batik yang banyak, setidaknya dibutuhkan tenaga terampil lebih dari 50 orang. Karena itulah, kami masih menitikberatkan pada pemberdayaan sumbar daya manusia terlebih dahulu,” tegas Panji.
Diakui pembina Kopasmara,Tenny Hasyanti, pengembangan batik khas Sukabumi masih banyak menemui kendala. Bukan hanya keterbatasan pengrajinnya, tapi juga keterbatasan alat dan bahan produksi batik, seperti canting atau pena batik, larutan pelorot warna, serta kain. Alhasil, seluruh kebutuhan batik masih sepenuhnya didatangkan dari Jawa tengah.
“Masih menemui kendala, untuk bahan-bahannya saja harus didatangkan dari luar daerah. Untuk meminimalisir kendala itu, kami sudah melakukan upaya terobosan dengan membuat bahan pelorot warna dari buah manggis yang memang banyak ditemukan di Sukabumi,” papar Tenny.
Dia mengatakan, pada 2009, batik buatannya telah diresmikan oleh Pemda Kota Sukabumi sebagai batik khas Sukabumi. Namun hal ini masih bersifat lokal. Rencannya, pada 25 April 2011 mendatang, launching batik khas Sukabumi akan digelar secara nasional oleh Menteri KUKM Sjarifuddin Hasan melalui perayaan Hari Kartini.(Toni Kamajaya/Koran SI/ftr
Tidak ada komentar:
Posting Komentar